-->
Skip to main content

PRAKTIKUM Tonsilitis FARMAKOTERAPI PENYAKIT GANGGUAN SISTEM SARAF,KULIT, DAN THT

Identitas pasien dan informasi admisi

Jenis kelamin : Pria Usia : 29 tahun

Tanggal masuk: -

Pengumpulan data dan informasi

Keluhan utama
Nyeri pada bagian tengggorokan yang sering kambuh lebih dari 3 kali dan sudah dirasakan sejak ±2 bulan yang lalu. Tenggorokkan dirasakan seperti ada yang mengganjal dan dirasakan terus menerus. Setiap kali kambuh pasien mengalami kesulitan dan sakit ketika menelan. Selain sakit ketika menelan pasien juga mengeluh demam yang terus menerus ketika keluhannya kambuh. Pasien mengeluh napasnya berbau ketika sakit tenggorokan kambuh.

Riwayat penyakit terdahulu
Pasien mempunyai keluhan yang sama saat usia 5 tahun dan sembuh dengan terapi obat‐ obatan dan tidak pernah kambuh sampai dengan 2 bulan yang lalu.

Diagnosa
Tonsilitis

Riwayat penyakit keluarga
-

Riwayat sosial dan kebiasaan
Pasien mengaku sering mengkonsumsi makanan pedas dan digoreng.

Riwayat pengobatan
Tidak disebutkan



Hasil pemeriksaan fisik
Parameter
Hasil
Nilai normal
Keterangan


Suhu tubuh
37,20 C
36-37
Sedikit tinggi


Denyut nadi
80 x/menit
60-100 x/min
Normal


Laju nafas
16 x/menit
12-20x/min
Normal 


Tekanan darah
120/80 mmHg
120/80 mmHg
Normal 





Hasil pemeriksaan penunjang
Parameter
Hasil
Nilai normal
Keterangan


Hemoglobin
-
12-18g/dl



Leukosit
-
5-10



Eritrosit
-
4,7-6,1



Hematokrit
-
38,8-50



Trombosit
-
150-450


Pengobatan yang diterima
Nama obat
Potensi
Aturan pakai
Durasi terapi


CTM
4 mg
3 x 1



Parasetamol
500 mg
3 x 1
-


Siprofloksasin
500 mg
3 x 1
-













Identifikasi masalah

Terapi tanpa indikasi, pada penetalaksanaan tonsillitis tidak ada terapi pemberian antihistamin (CTM).
Penyebab/etiologi tonsillitis belum diketahui.
Golongan antibiotik yang digunakan tidak sesuai dengan lini pertama penatalaksanaan.
Belum ada terapi yang diberikan untuk mengurangi gejala inflamasi.



Rencana penyelesaian masalah

Tuliskan tujuan terapi kondisi yang diderita pasien, serta lakukan perencanaan penyelesaian masalah terkait obat, parameter monitoring terapi, dan edukasi pasien.

Tujuan terapi [nama penyakit/kondisi pasien]: Tonsilitis
Meringankan atau menghilangkan gejala
Menghilangkan patogen penyebab tonsilitis
Mencegah terjadinya komplikasi


Rencana penyelesaian masalah terkait obat:
Diskusikan dengan dokter penghentian pemberian CTM.
Disarankan untuk melakukan kultur tenggorokan untuk mengetahui penyebab tonsillitis.
Diskusikan dengan dokter dalam pemberian antibiotik yang kurang tepat, disarankan memberikan antibiotik golongan penicillin yakni penicillin-V dengan aturan pakai 3x1.
Sarankan kepada dokter untuk dapat memberikan terapi kortikostreroid untuk mengurangi gejala inflamasi yakni dexamethasone 0,5 mg dengan aturan pakai 3x1.
Sarankan kepada dokter untuk melakukan skintest pada pasien sebelum menetapkan golongan antibiotic, untuk menghindari reaksi hipersensitifitas nantinya.

Rencana monitoring terapi:
Monitoring hasil kultur tenggorokan.
Monitoring suhu tubuh.
Monitoring derajat nyeri dan inflamasi.
Monitoring hasil skin test.

Rencana edukasi pasien:
Penggunaan antibiotik yang harus dihabiskan.
Penggunaan paracetamol saat demam saja.
Jaga kebersihan rongga mulut contohnya berkumur dengan obat kumur.
Hindari memakan makanan yang pedas.



Referensi:

AHFS 2011
Panduan Praktik Klinis Panduan Praktik Klinis Tindakan Clinical Pathway Di Bidang Telinga Hidung Tenggorok- Kepala Leher. Perhimpunan Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Indonesia.
Tonsillitis - StatPearls - NCBI Bookshelf (nih.gov) 












TABEL PENGKAJIAN OBAT

No
Nama Obat
Tinjauan

1.
CTM
Regimen dosis yang diresepkan
Dosis: 4 mg
Rute: Oral
Frekuensi pemberian: 3 x 1




Regimen dosis berdasarkan literatur
Dosis: 4 mg
Rute: Oral
Frekuensi pemberian: Tiap 4-6 jam
(AHFS, 2011)



Indikasi terapi
Meredakan gejala alergi (misalnya, rinore, bersin, iritasi oronasofaring atau gatal, lakrimasi, mata merah, iritasi, atau gatal) yang disebabkan oleh pelepasan histamin. 




Tanggal dimulainya terapi 
-



Durasi terapi
-



Efek samping obat
Sedasi (misal mengantuk, pusing, lemas), stimulasi SSP (misal, gelisah, insomnia, gugup)


2. 
Parasetamol
Regimen dosis yang diresepkan
Dosis: 500 mg
Rute: Oral
Frekuensi pemberian: 3X1




Regimen dosis berdasarkan literatur
Dosis: 500 mg - 1000 mg
Rute: Oral
Frekuensi pemberian: Tiap 4-6 jam
(Basic Pharmacology & Drug Notes)




Indikasi terapi
Analgetik dan antipiretik.




Tanggal dimulainya terapi
-



Durasi terapi
-



Efek samping obat
Reaksi alergi, ruam kulit berupa eritema atau urtikaria, kelainan darah, hipotensi, kerusakan hati.

3
Siprofloksasin
Regimen dosis yang diresepkan
Dosis: 500 mg
Rute: Oral
Frekuensi pemberian: 3X1




Regimen dosis berdasarkan literatur
Dosis: 500 mg (infeksi saluran pernafasan ringan sampai sedang)
Rute: Oral
Frekuensi pemberian: Tiap 12 jam
(AHFS, 2011)



Indikasi terapi
Pengobatan infeksi saluran pernafasan (termasuk bronkiektasis, bronkitis, abses paru, pneumonia) yang disebabkan oleh E. cloacae yang rentan, E. coli, Haemophilus influenzae, H. parainfluenzae, K. pneumoniae, P. mirabilis, Ps. aeruginosa, atau S. pneumoniae; juga telah digunakan untuk infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh E. aerogenes yang rentan, K. oxytoca, atau S. aureus.
Pengobatan sinusitis akut yang disebabkan oleh H. influenzae, M. catarrhalis, atau S. pneumoniae yang rentan.
Pengobatan eksaserbasi akut bronkitis kronis yang disebabkan oleh Moraxella catarrhalis yang rentan.
Pengobatan parenteral untuk pneumonia nosokomial yang disebabkan oleh H. influenzae atau K. pneumoniae yang rentan.
Paling efektif dalam pengobatan infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh H. influenzae atau M. catarrhalis; kegagalan pengobatan telah terjadi bila digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh S. pneumoniae atau Ps. aeruginosa.



Tanggal dimulainya terapi 
-



Durasi terapi
7 - 14 hari



Efek samping obat
Efek GI (mual, diare, muntah, sakit perut / ketidaknyamanan); sakit kepala; kegelisahan; ruam.


Buka Komentar
Tutup Komentar