PRAKTIKUM Hipertensi dan sesak nafas. Meningeoensephalitis. FARMAKOTERAPI PENYAKIT GANGGUAN SISTEM SARAF,KULIT, DAN THT
Identitas pasien dan informasi admisi
Jenis kelamin : Pria Usia : 77 tahun
Tanggal masuk: -
Pengumpulan data dan informasi
Keluhan utama
Demam tidak begitu tinggi secara terus-menerus, sesak nafas hilang timbul disertai batuk tidak berdahak, nyeri kepala terus-menerus dan dirasa semakin memberat, di ikuti oleh leher terasa kaku dan tegang, 3 jam SMRS nyeri kepala semakin memberat.
Riwayat penyakit sekarang
Hipertensi dan sesak nafas. Meningeoensephalitis.
Riwayat penyakit keluarga
Ayah: Hipertensi
Riwayat sosial dan kebiasaan
Pasien seorang pedagang telur. Pasien merokok 2-3 batang sehari, jarang berolahraga, dan memiliki kebiasaan makan tidak terkontrol.
Riwayat pengobatan
-
Hasil pemeriksaan fisik
Parameter
Hasil
Nilai normal
Keterangan
Keadaan umum
Sakit sedang
Kesadaran
Compos mentis
Normal
Suhu tubuh
37,2oC
36,5 - 37,2 0 C
Normal
Denyut nadi
89x/menit
60-100 x/menit
Normal
Laju nafas
42x/menit
12-20 x/menit
Normal
Sp02
96%
95-98%
normal
Berat badan
-
-
-
Tekanan darah
150/80 mmHg
120/80 mmHg
Tinggi
Hasil pemeriksaan penunjang
Parameter
Hasil
Nilai normal
Keterangan
HB
14,4 g/dl
12-18g/dl
normal
Leukosit
12,0x103
5-10
tinggi
Eritrosit
4,28x106
4,7-6,1
rendah
Hematokrit
42,5%
38,8-50
normal
Trombosit
187x103
150-450
normal
Pemeriksaan cairan serebrospinal
Parameter
Hasil
Nilai normal
Keterangan
Makroskopik
Keruh
Jernih tidak bewarna
Tekanan intrakarnial
21 mmHg
Meningkat
Leukosit
2800/ul
tinggi
Protein
210 mg/dL
<0,4 g/L
normal
Pengobatan yang diterima
Nama obat
Potensi
Aturan pakai
Durasi terapi
Injeksi amox
2 gr
Tiap 6 jam
Injeksi citicolin
2x500
Diltiazem
3x30 mg
O2
3L/menit
IVFD RL 20 tmp
Identifikasi masalah
Meningoencephalitis ada pembengkakan (inflamasi) di selaput otak, namun tidak diberi antiinflamasi.
Antibiotik yang diberikan tidak sesuai dengan literatur yang ada. Perlu penambahan kombinasi.
Demam yang dialami pasien tidak ditangani.
Belum dilakukan pewarnaan gram CSS untuk mengetahui bakteri yang menginfeksi.
Rencana penyelesaian masalah
Tuliskan tujuan terapi kondisi yang diderita pasien, serta lakukan perencanaan penyelesaian masalah terkait obat, parameter monitoring terapi, dan edukasi pasien.
Tujuan terapi [nama penyakit/kondisi pasien]:
Menghilangkan infeksi dengan menurunkan tanda dan gejala
Menghilangkan infeksi dengan menurunkan tanda dan gejala
Mencegah kerusakan neurologic seperti kejang, tuli, koma dan kematian
Memperbaiki kualitas hidup pasien
Mencegah morbilitas pada pasien
Rencana penyelesaian masalah terkait obat:
Tambahan terapi untuk pembengkakan yaitu golongan kortikosteroid dexamethasone.
Diperlukan tambahan antibiotik yaitu ceftriaxone/cefotaxime.
Berikan paracetamol untuk menurunkan suhu pasien sampai pada batas normal yaitu 36-36,5 ̊ C.
Rencana monitoring terapi:
Lakukan pewarnaan gram CSS.
Monitoring tekanan darah pasien
Monitoring kadar leukosit CSS pasien
Periksa tanda vital pasien.
Monitoring selalu gejala klinis yang muncul.
Rencana edukasi pasien:
Karena penyakit menular, usahakan tidak banyak yang dekat dengan pasien.
Jaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar.
Keluarga support pasien untuk menjaga kesehatan mental pasien.
Pasien disarankan untuk menghentikan kebiasaan merokok
Referensi:
Norfolk and Norwich University Hospital (NHS), Trust Guideline for the Diagnosis and Management of bacterial meningitis, including Meningococcal disease, in all patients aged 16 and over
Meisadona, Gogor., etc. Diagnosis dan Tatalaksana Meningitis Bakterialis. Jakarta: Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RSUPN Cipto Mangunkusumo.
TABEL PENGKAJIAN OBAT
No
Nama Obat
Tinjauan
1.
Injeksi amoksisilin
Regimen dosis yang diresepkan
Dosis: 2 g tiap 6 jam
Rute: IV
Frekuensi pemberian: tiap 6 jam
Regimen dosis berdasarkan literature
Dosis: 2 g tiap 4 jam
Rute: IV
Frekuensi pemberian: tiap 4 jam
(Guideline for the Diagnosis and Management of bacterial meningitis, NHS)
Indikasi terapi
Infeksi bakteri misalnya otitis media akut, infeksi saluran pernafasan, infeksi saluran kemih, infeksi H. pylori, dan abses dental.
Tanggal dimulainya terapi
-
Durasi terapi
-
Efek samping obat
Efek GI (mual, muntah, diare), reaksi hipersensitivitas (ruam).
2.
Citicolin injection
Regimen dosis yang diresepkan
Dosis: 2 x 500 mg
Rute: IV
Frekuensi pemberian: 2x
Regimen dosis berdasarkan literatur
Dosis: 250–2000 mg perhari
Rute: IV
Frekuensi pemberian: 3 – 4 x sehari
Indikasi terapi
Stroke, kerusakan otak dan tulang belakang, deficit kognitiv, glaucoma
Tanggal dimulainya terapi
-
Durasi terapi
-
Efek samping obat
Gangguan GI, sakit kepala transien, hipertensi, takikardi, bradikardi, kelelahan.
3.
Diltiazem
Regimen dosis yang diresepkan
Dosis: 3 x 30 mg
Rute: peroral
Frekuensi pemberian: 3x sehari
Regimen dosis berdasarkan literatur
Dosis: 120 – 240mg/hari
Rute: peroral
Frekuensi pemberian: 1-2 kali sehari
Indikasi terapi
Antihipertensi, angina
Tanggal dimulainya terapi
-
Durasi terapi
-
Efek samping obat
Edema, sakit kepala, pusing, astenia, blok AV derajat satu
Regimen dosis yang diresepkan
Dosis: 20 tpm
Rute: IV
Frekuensi pemberian:
4.
IVFD RL
Regimen dosis berdasarkan literatur
Dosis:
Rute:
Frekuensi pemberian:
Indikasi terapi
Kekurangan cairan dan elektrolit.
Tanggal dimulainya terapi
-
Durasi terapi
-
Efek samping obat
Nyeri pada bagian tubuh yang diinjeksi