-->
Skip to main content

LAPORAN PRAKTIKUM IMUNOLOGI SEROLOGI OBJEK VIIIPENENTUAN JUMLAH SEL LEUKOSIT



 LABORATORIUM IMUNOLOGI SEROLOGI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG 
2021
Tujuan
Mampu memahami prosedur penentuan jumlah eritrosit.
Teori Dasar
Leukosit dibentuk dalam sumsum tulang merah, limpa, kelenjar limpa, dan jaringan retikuloendotelium. Fungsi utama leukosit adalah ”memakan” kuman penyakit dan benda -benda asing lain, seperti bakteri yang ada di dalam tubuh. Oleh sebab itu, leukosit dikenal sebagai fagosit. Jumlah leukosit lebih sedikit dibandingkan dengan eritrosit. Pada laki-laki dan perempuan dewasa setiap mm kubiknya darah hanya terdapat kira-kira 4.500 sampai 10.000 jumlah butir. Leukosit mempunyai bentuk bervariasi dan mempunyai ukuran lebih besar dari eritrosit. Leukosit mempunyai inti bulat dan cekung. Sel-sel ini dapat bergerak bebas secara amuboid serta dapat menembus dinding kapiler (diapedesis). Di dalam tubuh,leukosit tidak berasosiasi secara ketat dengan organ atau jaringan tertentu, mereka bekerja secara independen seperti organisme sel tunggal. Leukosit mampu bergerak secara bebas dan berinteraksi dan menangkap serpihan seluler, partikel asing, atau mikroorganisme penyusup. Selainitu, leukosit tidak bisamembelah diri atau berproduksi dengan cara mereka sendiri,melainkan mereka adalah produk dari sel punca hematopoietic pluripotent  yang ada pada sumsum tulang.  Leukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik yang berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh(1). 
Jenis dan fungsi Leukosit Leukosit dapat dibedakan menjadi dua, yaitu leukosit granulosit ( plasmanya bergranula = basofil , eosinofil , neutrofil ) dan leukosit agranulosit (plasmanya tidak bergranula = limfosit,monosit). 
Neutrofil 65%
 Neutrofil berhubungan dengan pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri serta proses peradangan kecil lainnya, serta biasanya juga yang memberikan tanggapan pertama terhadap infeksi bakteri; aktivitas dan matinya neutrofil dalam jumlah yang banyak menyebabkan adanya nanah. 
Eosinofil 4%
 Eosinofil terutama dengan infeksi parasit, dengan demikian meningkatnya eosinofil menandakan banyaknya parasit. 
Basofil <1%
 Basofil terutama bertanggung jawab untuk memberi reaksi alergi dan antigen dengan jalan mengeluarkan histamin kimia yang menyebabkan peradangan. 
Limfosit 25% 
Limfosit lebih umum dalam sistem limfa. Darah mempunyai tiga jenis limfosit:  
Sel B:
Sel B membuat antibodi yang mengikat patogen lalu menghancurkannya. (Sel B tidak hanya membuat antibodi yang dapat mengikat patogen, tapi setelah adanya serangan,beberapa sel B akan mempertahankan kemampuannya dalam menghasilkan antibodi sebagai layanan sistem 'memori'.)  
Sel T: CD4+(pembantu)
Sel T mengkoordinir tanggapan ketahanan (yang bertahan dalam infeksiHIV) sarta penting untuk menahan bakteri intraseluler.
CD8+(sitotoksik)
dapat membunuh sel yang terinfeksi virus. 
Sel natural killer  : Sel pembunuh alami
 (natural killer, NK) dapat membunuh sel tubuh yang tidak menunjukkan sinyal bahwa dia tidak boleh dibunuh karena telah terinfeksi virus atau telah menjadi kanker.  
Monosit 6% 
Monosit membagi fungsi "pembersih vakum"(fagositosis) dari neutrofil, tetapi lebih jauh dia hidup dengan tugas tambahan: memberikanbpotongan patogen kepada sel T sehingga patogen tersebut dapat dihafal dan dibunuh, atau dapat membuat tanggapan antibodi untuk menjaga. 
Makrofag
 Monosit dikenal juga sebagai makrofag setelah dia meninggalkan aliran darah serta masuk ke dalam jaringan(2). 

Perhitungan leukosit 
Hitung leukosit menyatakan jumlah sel-sel leukosit perliter darah (System International Units = SI unit) atau per satu mmk darah. Nilai normalnya 4000 - 11000 / mmk. Jika leukosit tinggi (hitung sel darah putih yang tinggi) umumnya berarti tubuh kita sedang melawan infeksi. Jika leukosit rendah artinya ada masalah dengan sumsum tulang. Leukosit rendah, yang disebut leukopenia atau sitopenia, berarti tubuh kita kurang mampu melawan infeksi(3). 
Untuk penerapan hitung leukosit ada dua metode, manual dan elektronik. Dengan alat hitung sel otomatis (elektronik) maka perhitungan sel menjadi lebih mudah, cepat, dan telitidi bandingkan dengan cara manual. Walaupun demikian hitung sel secara manual masih dipertahankan. Karena salah satu keuntungannya ialah hitung sel cara manual dapat dilakukandi laboratorium yang tidak ada aliran listrik. Disamping itu harga sebuah alat hitung selotomatis cukup mahal dan mengharuskan pemakaian dan pemeliharaan yang sangat cermat.Selain itu perlu ada upaya untuk menjamin tepatnya alat itu bekerja dalam satu program jaminan mutu (quality control). Tetapi cara menghitung sel darah secara manual denganmemakai pipet dan kamar hitung tetap menjadi upaya dalam laboratorium(3). 
Perhitung jumlah leukosit cara automatik sampel yang digunakan sangat sedikit dan ada kemungkinan kesalahandalam pengenceran dan sampling. Karena darah mengandung lebih sedikit leukosit dibandingeritrosit, pengencerannya lebih kecil dan volume sampel yang digunakan lebih besar.Hampirsemua laboratorium besar menggunakan cara automatik untuk menghitung leukosit, baik dengan cara menghitung partikel secara elektronik maupun dengan prinsip pembauran cahaya,yang disebut dengan prinsip impedensi elektrik yaitu metode impedansi untuk penentuan WBC(White Blood Cell)  . Akan tetapi cara manual dengan menggunakan haemositometer masih tetap dapat dipercaya bila dilakukan dengan teliti(4). 
Adapun hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan sampel pada proses pembuatan Serum yaitu : waktu dan suhu penyimpanan sampel, serta cara penanganan sampel(5).
Pengendalian mutu internal mencakup tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik. Tahap pra analitik meliputi persiapan sampel, penyimpanan sampel, persiapan kertas kerja. Tahap analitik meliputi pengolahan sampel dan kalibrasi alat. Tahap pasca analitik meliputi pencatatan hasil dan pelaporan. Faktor yang perlu diperhatikan dalam laboratorium adalah faktor pra analitik yaitu perbedaan interval waktu pemeriksaan atau penggunaan dari satu sampel (serum). Selain itu juga pengaruh suhu di sekitar serum yang dapat mempengaruhi senyawa-senyawa kimiawi didalamnya selama menunggu untuk diperiksa atau digunakan(5).


 Prosedur Kerja
Alat : Objek glas, pipet tetes, gunting, mikroskop dan alat penghitung (counter).
Bahan : Pewarna Giemsa (1:20), methanol, alcohol 70%, air suling dan larutan NaCl fisiologi dan mencit putih jantan. 

Prosedur:
Bersihkan ekor mencit dengan kapas yang dibasahi dengan alcohol 70%.
Potong ekor mencit sepanjang 1 cm, darah tetesan pertama dibuang dan satu tetes berikutnya diteteskan pada salah satu ujung dari objek glas.
Ratakan dengan ujung objek glas yang lain dengan membentuk sudut 30 derajat, lalu tari dengan cepat dan tekanan sama, sehingga diperoleh lapisan darah yang rata (metode hapus darah).
Biarkan kering.
Tetesi dengan methanol sehingga membasahi seluruh permukaan darah pada objek glas, biarkan selama 5 menit.
Tambahkan satu tetes larutan Giemsa (1:20), biarkan selama 20 menit.
Cuci dengan air suling, keringkan dan lihat dibawah mikroskop dengan pembesaran 1000 kali. Sel yang akanb terlihat adalah sel neutrofil batang, neutrofil sekmen, monosit, limposit dan eusinofil.
Hitung sel fagosit dengan total 100 sel, sehingga masing-masing jenis sel leukosit dapat ditentukan secara persentase.

IV. Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil








4.2 Pembahasan
Leukosit atau sel darah putih diproduksi oleh sumsum tulang dan diedarkan ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Leukosit merupakan bagian penting dari sistem kekebalan tubuh yang berfungsi untuk menghasilkan antibodi yang dapat melawan virus, jamur, bakteri, dan parasit penyebab penyakit yang masuk ke dalam tubuh
Nilai normal leukosit berada pada kisaran 4.000-11.000 mm3. Normalnya jumlah leukosit pada individu yang tidur dengan lampu menyala dan lampu yang dipadamkan, menunjukkan bahwa individu tersebut tidak sedang sakit dan memiliki pertahanan yang cukup terhadap paparan zat asing yang dapat masuk dalam tubuh.Leukosit terdiri dari enam jenis, dan berperan dalam sistem imun. Sel neutrofil, eosinofil, basofil dan monosit termasuk dalam sistem imun nonspesifik, sedangkan sel limfosit termasuk dalam sistem imun spesifik. Sel basofil berperan dalam respon peradangan. Sel eosinofil berperan dalam respon terhadap penyakit parasitik dan alergi. Sel neutrofil berperan dalam pertahanan awal imunitas non spesifik terhadap infeksi bakteri. Sel limfosit berperan dalam membentuk antibodi yang bersirkulasi di dalam darah atau dalam sistem kekebalan seluler. Sel Monosit mengalami proses pematangan menjadi makrofag setelah masuk ke jaringan. Sel makrofag berperan dalam membersihkan tubuh dari sel mati dan debris lainnya.
1) Pembuatan Apusan Darah Tipis
Pada tahap ini kami siapkan dua buah kaca objek. Darah kami teteskan sedikit pada salah satu ujung kaca objek. Kemudian kami buat apusan dan kami keringkan.
2) Pewarnaan Sediaan Apus Menggunakan Larutan Giemsa 
Sediaan apus kami letakkan di atas bak pewarnaan dengan lapisan darah menghadap ke atas. Lalu kami fiksasi dengan methanol absolute 2 – 3 menit. Selanjutnya Sediaan apus kami genangi dengan zat warna giemsa dengan pengenceran 1 : 20. kami diamkan selama 20 menit. Lalu kami bilas dengan air mengalir. Sediaan apus kami letakkan dalam rak dengan posisi tegak dan kami biarkan mengering.
Pemeriksaan Sediaan Apus
Pemeriksaan ini dilakukan pada bagian sediaan yang cukup tipis dengan penyebaran leukosit yang merata, pemeriksaan dimulai dari pinggir atas sediaan dan berpindah ke arah pinggir bawah dengan menggunakan micromanipulator mikroskop. Setelah mencapai bagian pinggir bawah sediaan, digeser lapangan pandang ke arah kanan, kemudian ke arah pinggir atas lagi dan seterusnya sampai seratus sel leukosit terhitung menurut jenisnya. 

Perhitungan leukosit 
Hitung leukosit menyatakan jumlah sel-sel leukosit perliter darah (System International Units = SI unit) atau per satu mmk darah. Nilai normalnya 4000 - 11000 / mmk. Jika leukosit tinggi (hitung sel darah putih yang tinggi) umumnya berarti tubuh kita sedang melawan infeksi. Jika leukosit rendah artinya ada masalah dengan sumsum tulang. Leukosit rendah, yang disebut leukopenia atau sitopenia, berarti tubuh kita kurang mampu melawan infeksi. 
Untuk penerapan hitung leukosit ada dua metode, manual dan elektronik. Dengan alat hitung sel otomatis (elektronik) maka perhitungan sel menjadi lebih mudah, cepat, dan telitidi bandingkan dengan cara manual. Walaupun demikian hitung sel secara manual masih dipertahankan. Karena salah satu keuntungannya ialah hitung sel cara manual dapat dilakukandi laboratorium yang tidak ada aliran listrik. Disamping itu harga sebuah alat hitung selotomatis cukup mahal dan mengharuskan pemakaian dan pemeliharaan yang sangat cermat.Selain itu perlu ada upaya untuk menjamin tepatnya alat itu bekerja dalam satu program jaminan mutu (quality control). Tetapi cara menghitung sel darah secara manual denganmemakai pipet dan kamar hitung tetap menjadi upaya dalam laboratorium. 
Perhitung jumlah leukosit cara automatik sampel yang digunakan sangat sedikit dan ada kemungkinan kesalahandalam pengenceran dan sampling. Karena darah mengandung lebih sedikit leukosit dibandingeritrosit, pengencerannya lebih kecil dan volume sampel yang digunakan lebih besar.Hampirsemua laboratorium besar menggunakan cara automatik untuk menghitung leukosit, baik dengan cara menghitung partikel secara elektronik maupun dengan prinsip pembauran cahaya,yang disebut dengan prinsip impedensi elektrik yaitu metode impedansi untuk penentuan WBC(White Blood Cell)  . Akan tetapi cara manual dengan menggunakan haemositometer masih tetap dapat dipercaya bila dilakukan dengan teliti. 
Pergeseran jumlah kelas leukosit dapat membantu memahami patofisiologi penyakit, baik peningkatan atau penurunan salah satu kelas secara absolut maupun relatif. Sebagai contoh, limfositosis relatif berarti jumlah leukosit normal tetapi jumlah limfosit mendominasi.




VI.KESIMPULAN &SARAN
 6.1 Kesimpulan
Jika leukosit tidak tampil normal. Kemungkinan terjadi kelainan pada leukosit misalnya penyakit leukopenia atau leukositosis. Atau mungkin karena kesalahan prosedur dalam praktikum misalnya ketidaktelitian dalam mengatur apusan leukosit dibawah mikroskop ataupun disebabkan oleh faktor lain.
6.2 Saran
Pengerjaan praktikum dilakukan dengan hati hati




DAFTAR PUSTAKA
Dharma R, Immanuel S, Wirawan R.1983. Penilaian hasil pemeriksaan hematologi rutin. Cermin Dunia Kedokteran. Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan P.T. Kalbe Farma 
Effendi, Zukesti. 2003. Peranan Leukosit Sebagai Anti Inflamasi Alergik dalam Tubuh. Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 
Karnen, Baratawijaya. 1996. Immunologi Dasar. Ilmu penyakit Dalam, edisi 2. Jakarta: Gaya Baru. 
Marisa, Haryadi I, Muhammad R. 2012. Batas Angka Leukosit Antara Appendisitis Akut dan Appendisitis Perforasi Di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang selama Januari 2009-2011. Jurnal Kedokteran Muhammadiyah, Volume 1, Nomor 1.
http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/1990228-leukosit/#ixzz1q8Jkp94p
Buka Komentar
Tutup Komentar