Bagaimana Rasa Kotoran manusia atau Feses, Faktanya Restoran Jepang Menyediakan Menu Feses
Lidah selain sebagai organ sensori ,juga berfungsi membantu pencernaan, jadi kegiatan konsumsi oral tak lepas dari segala persepsi rasa.
Kemudian ,hidung fungsi ekstranya adalah sebagai organ pernapasan. Disaat bernapas senyawa kimia aromatis dll yang mempunyai rasa dibawa kedalam hidung mencapai area sensori. Pada banyak kondisi lainnya, Area sensori hidung relatif tak terjangkau.
Ketika sakit kedua organ sensori ini akan melemah. Bagaimanapun juga beberapa senyawa kimia juga dapat melemahkan penerimaan rasa. Lagipula ada hal yang paling sering kita lakukan, menutup hidung ketika ada bau, memblokir jalur udara yang membawa senyawa kimia berbau tersebut.
Kita bahas kembali, Feses/Kotoran mengandung banyak sekali senyawa kimia & mikroba hidup. Kemungkinan Feses tersebut mempunyai rasa pahit berasal dari rasa empedu, kemudian bercampur anyir & mirip Pesing karena amoniak. zat kimia -yang mempunyai rasa aneh- campur aduk didalam sana.
Jadi kalau boleh menyarankan jangan sekalipun mencicipi feses. Anda tak mau kan trauma buruk menimpa anda ಠ‿ಠ
Penanganan buangan tinja tidak bisa dianggap sebagai masalah yang sepele. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) menyebutkan, seseorang setiap tiap harinya membuang tinja seberat 125-250 gram. Jika saat ini seratus juta orang Indonesia tinggal di kawasan perkotaan, maka setiap harinya kawasan perkotaan tersebut bisa menghasilkan 25.000 ton tinja.
Sekretaris Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) Nasional Maraita Listyasari mengatakan, sudah banyak kesadaran untuk buang air besar (BAB) di jamban, tetapi masih ada 70 juta masyarakat yang BAB di sembarang tempat. Walaupun sudah banyak jamban sehat dibangun tetapi masih banyak saja jamban yang tidak memenuhi syarat.
"Padahal ketika tidak memenuhi syarat, sebenarnya kita hanya memindahkan polutan dari satu tempat ketempat yang lain," ujarnya, saat acara Workshop Media dan Kunjungan Media Mewujudkan STOP BABS 2015, di Sulawesi Selatan, Rabu, (30/5/2012).
Selain jumlahnya yang begtersebut banyak, tinja juga mempunyai potensi berbahaya dari ke-4 (empat) kandungan yang ada didalamnya.
Berikut ini adalah permasalahan yang mungkin ditimbulkan akibat buruknya penanganan buangan tinja:
1. Mikroba
Tinja manusia mengandung puluhan miliar mikroba, termasuk bakteri koli-tinja. Sebagian diantaranya tergolong sebagai mikroba patogen, seperti bakteri Salmonela typhi penyebab demam tifus, bakteri Vibrio cholerae penyebab kolera, virus penyebab hepatitis A, dan virus penyebab polio. Tingkat penyakit akibat kondisi sanitasi yang buruk di Indonesia sangat tinggi. BAPPENAS menyebutkan, tifus mencapai 800 kasus per 100.000 penduduk. Sedangkan polio masih dijumpai, walaupun dinegara lain sudah sangat jarang.
2. Materi Organik
Kotoran manusia (tinja) merupakan sisi dan ampas makanan yang tidak tercerna. Ia dapat berbentuk karbohidrat, dapat pula protein, enzim, lemak, mikroba dan sel-sel mati. Satu liter tinja mengandung materi organik yang setara dengan 200-300 mg BODS (kandungan bahan organik).
Sekitar 75 persen sungai di Jawa, Sumatra, Bali dan Sulawesi tercemar berat oleh materi organik dari buangan rumah penduduk. Air sungai ciliwung mempunyai BODS hampir 40 mg/L (empat kali lipat dari batas maksimum 10 mg/L). Kandungan BOD yang tinggi tersebut mengakibatkan air mengeluarkan bau tak sedap dan berwarna kehitaman.
3. Telur Cacing
Seseorang yang cacingan akan mengeluarkan tinja yang mengandung telu-telur cacing. Beragam cacing dapat dijumpai di perut kita. Sebut saja, cacing cambuk, cacing gelang, cacing tambang, dan keremi. Satu gram tinja berisi ribuan telur cacing yang siap berkembang biak diperut orang lain. Anak cacingan adalah kejadian yang biasa di Indonesia. Penyakit ini kebanyakan diakibatkan cacing cambuk dan cacing gelang. Prevalensinya bisa mencapai 70 persen dari balita.
4. Nutrien
Umumnya merupakan senyawa nitrogen (N) dan senyawa fosfor (P) yang dibawa sisa-sisa protein dan sel-sel mati. Nitrogen keluar dalam bentuk senyawa amonium, sedangkan fosfor dalam bentuk fosfat. Satu liter tinja manusia mengandung amonium sekitar 25 gram dan fosfat seberat 30 mg.
Senyawa nutrien memacu pertumbuhan ganggang (algae). Akibatnya, warna air menjadi hijau. Ganggang menghabiskan oksigen dalam air sehingga ikan dan hewan lainnya mati.